PERNAHKAN kita membayangkan bisa menggerakkan benda tanpa menyentuhnya? Mungkin hal seperti ini pernah kita lihat pada permainan sulap atau film-film. Bisa dibayangkan bila ada penemuan yang bisa membuat kegiatan sehari-hari jadi lebih mudah, seperti tidak perlu menekan tombol atau memijit remote control saat akan mengganti saluran televisi.
Hal inilah yang ditampilkan pada acara seminar Mind Over Matter di Auditorium Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB. Seminar ini membahas cara sebuah robot bisa bergerak tanpa harus disentuh, atau bagaimana sebuah game bisa dimainkan tanpa kita harus menggunakan mouse atau menekan tombol keyboard di komputer.
Tidak ada yang tidak mungkin, begitu kata Dr Ari Setijadi, dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Bagi Ari, sebuah mimpi bisa jadi kenyataan bila ada keinginan untuk mewujudkannya. Hal inilah yang diterapkan STEI ITB.
Sejauh ini, STEI ITB telah menghasilkan beberapa teknologi yang berhubungan dengan kerja otak. Alat-alat ini seluruhnya bekerja dengan memanfaatkan sinyal-sinyal yang ada di otak untuk menghasilkan suatu fungsi tertentu.
Teknologi ini dirancang untuk mendeteksi sinyal-sinyal otak dan mengonversikannya ke dalam bentuk lain. Metode lain yang sedang dikembangkan adalah untuk memasukkan sinyal ke dalam otak sehingga otak dapat menangkap sinyal yang diberikan.
Menurut Ari, realisasi dari hal ini membutuhkan mekanisme yang disebut brain computer interface (BCI). Mekanisme ini dimulai dari pemantauan aktivitas di otak, kemudian sinyal di otak diproses dan diterjemahkan ke dalam perintah. Mekanisme ini akan berakhir pada feedback tertentu.
"Di STEI ada beberapa kelompok keahlian atau KK. Nah, di sini KK Komputer, Biomedika, dan Elektronika punya ide kerja sama satu penelitian bersama. Dan BCI ini baru penelitian awal," kata Ari, yang ditemui di sela-sela acara Mind Over Matter di Auditorium SBM ITB, Sabtu (1/5).
Menurut Ari, sebenarnya alat-alat yang bisa digerakkan dengan menggunakan pikiran tersebut diperuntukkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan, misalnya seseorang yang mengalami kecelakaan dan mengalami cacat. Dalam kesehariannya ia banyak menggantungkan kegiatan pada orang lain.
Dengan alat-alat tersebut, orang cacat masih bisa berinteraksi dengan orang lain atau melakukan beberapa kegiatan tanpa harus melibatkan orang. Dengan alat tertentu, orang cacat ini cukup memerintahkan otaknya untuk menggerakkan suatu benda. "Kalau alat-alat ini ada, tentu saja bisa meningkatkan kualitas hidup orang tersebut," kata Ari.
Guru Besar Kelompok Keahlian Teknik Biomedika ITB, Prof Dr Tati R Mengko, mengatakan, teknik biomedika sebagai bidang multidisiplin yang menerapkan berbagai metode rekayasa, sains, dan teknologi diaplikasikan untuk membantu pemecahan masalah kesehatan masyarakat.
Menurutnya, teknik biomedika terkait langsung dengan kebutuhan primer masyarakat, dengan ruang gerak, seperti perancangan instrumen, sistem, pemodelan, analisis, atau rekayasa kimia. Analisis mekanisme kerja otak dan kekuatan pikiran merupakan salah satu hal yang bisa digali lebih dalam dari penerapan teknik biomedika.
"Electroencephalogram (EEG), misalnya, merupakan sebuah instrumen yang dihasilkan teknik biomedika yang berfungsi untuk menampilkan sinyal-sinyal yang bekerja dalam otak," ujarnya.
Acara Mind Over Matter yang jadi tema acara ini memiliki arti suatu kemampuan otak untuk mengontrol dan memengaruhi tubuh atau objek. Dengan mengoptimalkan kekuatan pikiran, seseorang dapat melakukan sebuah fenomena telekinesis atau menggerakkan sesuatu tanpa disentuh, bahkan untuk sesuatu yang lebih dari itu.
Alat-alat yang ditampilkan antara lain robot yang bisa digerakkan dengan cara menggunakan gelombang otak. Untuk menggerakkan robot ini seseorang harus tenang atau rileks. Setelah rileks, otak atau pikiran kita mencoba menggerakkan robot tersebut. Dengan perintah dari gelombang otak yang disambungkan melalui komputer, secara otomatis robot ini bisa bergerak tanpa tangan kita harus menyentuhnya.
Alat lain yang juga menarik adalah gaming dengan menggunakan alpha barinware. Game seperti paintball ini, menurut Ari, bukan hanya sekedar game. Game ini bisa digunakan sebagai terapi anak- anak yang memiliki kesulitan berkonsentrasi. "Awalnya ini hanya game biasa, tapi ternyata memiliki fungsi lain yang bermanfaat, yakni bisa membantu konsentrasi buat anak-anak," katanya.
Ada juga sleep alarm. Menurut Ari, alat ini bisa membangunkan orang yang tertidur. Semua komponen untuk membuat alat-alat ini, kata Ari, adalah produk lokal. Ari menilai Indonesia memiliki kemampuan mencipta teknologi yang tak kalah bagusnya dari luar negeri. "Kita bisa lihat, dan inilah contohnya. Kita coba dengan kemampuan yang kita punya. Dan ini seharusnya jadi motivasi atau pembangkit bagi kita semua. Kenapa tidak mewujudkan mimpi," katanya.
Sumber :
http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/20626/mengendalikan-robot-cukup-dengan-pikiran