Strata Sosial

>> 11.20.2009

Indonesia adalah Negara yang kaya akan segala hal di antaranya, suku bangsa, etnis, kaya akan hasil alam dan yang paling penting kaya akan budaya nya. Namun di balik itu semua. Indonesia masih sangat sulit untuk meyatukan budaya yang ada tersebut.
Struktur masyarakat indonesia di tandai oleh dua ciri yang bersifat unik. Secara horizontal,ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan agama, adat serta perbedaan kedaerahan. Secra vertikal, struktur masyarakat indonesia ditandai oleh adanya perbedaan vertikal antara lapisan atas dan bawah yang cukup tajam.


Lapisan masyarakat telah ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam 1 organisasi sosial. Misalnya seseorang yang memperlihatkan gaya hidup yang mewah akan merasa malu kalau pada suatu waktu harus tinggal dalam gubuk kecil.Kelompok ini biasanya akan berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh kekayaan dengan cara apapun.Meskipun cara tersebut melanggar perintah agama.


Disemua masyarakat terdapat klasifikasi pada diri manusia. Mereka dibedakan satu dengan yang lainya dalam hal etnik, budaya, usia, jenis kelamin dan kemampuan alamiah. Dibanyak masyarakat wanita di posisikan subordinat dan orang-orang dengan bakat khusus diberi tanggung jawab tambhan tetapi di luar ini kriteria klasifikasi berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Di sebagian masyarakat manusia di klasifikasikan berdasarkan pekerjaan yang mereka lakukan. Sementara dalam masyarakat lain mereka di klasifikasikan berdasarkan sejarah keluarga mereka (masyarakat feodalis) misalnya keturunan raja. Dengan demikian tiap-tiap orang di klasifikasikan dalam beberap cara tetapi kriteria yang paling penting adalah kriteria yang menentukan statusnya dalam masyarakat.

Sosiolog Soerjono Soekantlo ( 1981 :141 – 142:) menyatakan bahwa kriteria yang menjadikan masyarakat berlapis-lapis adalah :

Ukuran Kekayaan

Ukuran menyatakan adanya kuantitas atau jumlah dari sesuatu hal. Jika ukuran kekayaan berarti ada jumlah tertentu tentang kekayaan yang dapat dijadikan sebagai suatu tolak ukur; dari sini kita dapatkan ukuran kekayaan yang tinggi atau banyak, ukurang sedang atau cukup dan ukuran sedikit atau miskin.
Kakayaan sebagai ukuran dalam menentukan stratifikasi social walaupun ada kuantitas tetapi pada dasarnya adalah relative untuk suatu masyarajat. Ukuran orang kaya pada masyarakat pedesaan adalah luas pemilikan dan penguasaan tanah dan sering di simbulkan dengan rumah bebrbentuk Joglo ( di Jawa Timur dan Jawa Tengah ); tetapi berbeda halnya dengan masyarakat perkotaan didamping gedung yang mewah juga mobil yang mewah sebagai symbol kekayaan yang dimilikinya.
Kekayaan sebagai sebuah ukuran dari startifikasi social dalam masyarakat tetap tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat yang bersangkutan.

Ukuran Kekuasaan

Kekuasaan yang didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku seseorang maupun kelompok orang agar berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang memeiliki kekuasaan menjadi tolok ukur dari startifikasi social yang ada dalam masyarakat.
Ukuran kekuasaan akan terkait dengan besar kecilnya dan luas sempitnya pengaruh yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Semakin luas dan tinggi pengaruh yang dimiliki oleh seseorang semakin tinggi stratifikasi yang dimilikinya dan semakin rendah dan sempit dan bahkan tidak memiliki pengaruh keberadaan seseorang dalam masyarakat semakin rendah stratifikasi sosialnya.
Kekuasaan yang dimiliki seseorang bukanlah sesuatu yang bersifat formal saja seperti pejabat pemerintah setermpat maupun pejabat pemerintah yang lain. Kekuasaan tersebut berupa kepatuhan dan ketaatan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang menjadi saran atau perintahnya. Seorang Kyai memberikan saran kepada seseorang untuk menghentikan kebiasan minum miras atau merokok dan yang yang bersangkutan langsung menghentikan tindakannya, maka kyai tersebut memiliki kekuasaan yang tinggi atau kuat; demikian juga halnya kepada orang lain jika apa yang mereka kehendaki dan orang melakukannya, maka orang tersebut memiliki kekuasaan yang tinggi atau kuat.

Ukuran Kehormatan

Kehormatan yang diproleh oleh seseorang bukanlah dari dirinya, melainkan penilaian yang dating dari orang lain. Apakah seseorang dihormati atau tidak oleh orang lain sangat tergantung pada orang lain, bukan bersumber pada dirinya. Penghormatan bagi seseorang buka muncul sesaat, melainkan melalui proses waktu dan evaluasi yang panjang.
Pemghormatam dengan demikian bersifat obyektif bukan bersifat subyektif. Penghargaan bagi seseorang dalam wujud penghormatan dapat bersumber pada kepribadian seseorang tersebut karena kejujuran, ketaqwaan beragama, berani karena benar rendah hati maupun perilaku yang ditunjukan dalam setiap harinya seperti suka menolong, memberikan nasehat kepada yang membutuhkan dan sebagainya yang setiap saat dievaluasi oleh anggota masyarakat yang lain. Penghormatan tersebut diwujudkan orang lain akan memberikan hormat lebih dahulu atau mengulurkan tangan untuk berjabat tangan atau menempatkan duduk dalam suatu pesta atrau pertemuan didepan sendiri atau di tempat yang pas dengan kehormatanya.
Misalnya : Kenduri di desa, biasanya mereka yang dihormati akan duduk disebelah kiri paling Utara dari tempat duduk yang disediakan dan disebelah Selatannya nanti akan di tempati oleh orang-orang yang kehormatannya lebih kecil. Biasanya tempat ini di tempati oleh pemimpin kenduri ( modin ) dan cikal bakal desa atau orang yang terpandang di desanya. Sementara bagian Selatan paling kanan ditempati oleh yang muda sebagai wakil orang tua yang tidak dapat hadir pada kenduri tersebut.

Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ukuran Ilmu Pengetahuan akan meliputi dua ukuran yaitu : pertama, ukuran formal yaitu ijazah sebagai ukurannya. Semakin tinggi gelar atau ijazah yang dimiliki semakin tinggi strata sosialnya dan semakin rendah ijazah yang dimiliki semakin rendah strata sosialnya. Kedua, ukuran non formal adalah professional atau keahlian yang mereka miliki melalui ketrampilan yang dia lakukan. Mereka memperoleh keahlian tersebut tidak melalui jalur pendidikan formal. Pakar pengobatan alternative, mereka memperoleh keahliannya bukan belajar di fakultas Kedokteran, melainkan diproleh dari luar pendidikan formal yang ada.

0 komentar:

Post a Comment

Komentar Terbaru

About Me

My Photo
Hery Herawan
-La Tahzan-
View my complete profile

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP